Minggu, 26 Februari 2012

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (LIFE-LONG EDUCATION)


….
     “Pendidikan Seumur Hidup”/”Life-Long Education” (bukan “long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.

Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.

Pendidikan seumur hidup bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam pelbagai bentuk kelembagaan belajar.

Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau penyempurnaan. Manusia selalu berusaha uintuk mencapai titik kesempurnaan dalam segala hal, namun seberapa besar usahapun kita tidak akan sampai pada kesempurnaan itu. Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Alam.

Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan kehidupan secara universal..

Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.

Dalam agama sering kita dengar kalimat ” Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan sampai liang lahat”.
Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal.

Oleh karena itu sahabat-sahabatku sekalian, marilah kita tanamkan rasa ingin selalu belajar dan belajar sepanjang hidup pada diri kita, keluarga dan orang-orang di sekitar kita. Agar kita sebagai manusia yang diberi kehidupan dapat lebih menghargai hidup yang Tuhan berikan.

GURU DAN PENDIDIKAN BERKARAKTER



         Guru,begitu penting,begitu lekat,begitu dekat dan lebih mirip Ujung tombak! ketimbang hanya "manusia yang cerdas" dan berpengalaman" dia begitu Tajam,begitu ramah dan ada yang begitu tegas,bahkan keras! tapi sekali lagi itu adalah Guru.
Apa persoalan yang menyebabkan M.Nuh dalam sebuah sambutannnya mengatakan "Kita harus memajukan segi pendidikan berkarakter".Ini mungkin memang suatu kalimat yang simple,ditengah gejolak negara yang angka ,kebrutalan Moralnya sudah sangat banyak menurut saya dan ini dibuktikan oleh survey -survey lembaga Korupsi seperti ICW,ataupun survey 2 yang dilakukan mengenai jumlah Angka Kekerasan,angka pengangguran,dan tak pelak lagi yang paling mempengaruhi untuk yang namanya "PENDIDIKAN" memang tanggung jawab moral bagi Semua,namun ini secara Legalitasnya menjadi tanggung jawab Seorang pendidik ,Guru jawabannya.
Mungkin kawan-kawan dan Saudara saudara pernah baca Harian Kompas ,bahwa Kepala Badan Pengembangan SDM dan Penjamin Mutu Pendidikan Syawal Gultom mengatakan, rasio jumlah guru berbanding jumlah peserta didik di Indonesia merupakan yang "termewah" di dunia. Rasio di Indonesia, ungkapnya, sekitar 1:18. Angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan negara maju seperti Korea (1:30), atau Jerman (1:20).Akan tetapi, ia mengakui, angka rasio yang "mewah" itu tidak diimbangi dengan sistem pendistribusian yang cukup baik. Menurutnya, kurangnya tenaga guru di berbagai daerah dipicu oleh sistem yang kurang baik dalam pendistribusian guru.
Ketika Jepang terpuruk karena kekalahan perang dunia ke-2, yang ditanyakan kaisar bukanlah berapa prajurit yang masih hidup, tetapi berapa guru yang masih hidup. Inilah yang menjadi kunci sukses jepang sampai saat ini, menjadi negara kecil yang maju. Guru berperan mencerdaskan bangsa yang akan mengubah nasib bangsa ini.
Guru menjadi salah satu komponen dalam pendidikan, ada berbagai tugas dan peran baik itu terkait langsung di sekolah maupun tidak. Ada 7 peran guru menurut WF Connell (1972), yaitu; (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru yang pertama dan utama adalah sebagai pendidik. Guru menciptakan suasana belajar di kelas yang tidak hanya dibatasi oleh dinding, dengan sebelumnya melaksanakan perencanaan. Guru meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Selain itu juga berusaha agar anak mampu untuk menemukan sendiri ilmu pengetahuan itu. Sebagai bekal anak untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Guru sebagai model adalah guru sebagai contoh atau teladan bagi anak khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tentu saja karena model haruslah yang baik, segala tingkah lakunya tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Segala bentuk penyimpangan tidak akan terjadi jika guru, orang tua dan masyarakat mampu memberikan teladan yang baik bagi anak, potensi untuk berbuat yang melanggar norma, aturan itu akan semakin minim.
Guru sebagai pembimbing adalah guru berusaha membimbing anak agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing anak agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Setiap anak memiliki keunikan yang berbeda, sehingga hubungan guru dan anak bisa lebih bersifat lebih dekat, guru harus mampu mengenali kesulitan anak dan mengembangkan setiap potensi dan minat anak.
Proses yang terjadi di kelas bukanlah pengajaran tapi pembelajaran. Konsekuensinya adalah semua yang ada di dalam kelas itu belajar, guru bukan sedang mengisi botol kosong tapi mengajak untuk menemukan sendiri dengan bimbingan guru. Dalam kegiatan pembelajaran guru senantiasa merefleksi apa yang telah dilakukannya dalam proses belajar. Jika ada hasil belajar yang kurang memuaskan atau kondisi kelas dan anak yang tidak sesuai dengan yang diharapkan guru bisa mengadakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menjadikan guru untuk belajar, mempelajari teori dan mencoba untuk mempraktekannya untuk memperbaiki hasil belajar anak.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru bisa menjadi agen perubahan di dalam masyarakat. Sebagai pengagas atau mengkomunikasikan ide-ide untuk pembangunan masyarakat. Khususnya bagi guru yang bertugas di daerah terpencil yang memang guru adalah satu-satunya profesi yang mampu memberikan pendidikan tidak hanya pada anak tetapi juga masyarakat sekitar.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Administrasi sekolah adalah pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya sekolah secara efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pendidikan agar tujuan pendidikan di sekolah tercapai secara optimal.
Guru harus setia terhadap lembaga, saat ini banyak guru enggan untuk ditempatkan di daerah terpencil, seharusnya itu tidak terjadi. Guru sebagai profesi yang menekankan pada kesetiaan pada lembaga, loyal pada negara. Seumpama kalau pun ia ditugaskan untuk mendidik anak-anak di ujung timur negara ini, seharusnya ia mematuhinya karena itu juga untuk kepentingan negara ini.
Itulah ketujuh peran guru, tentunya jika semua peran dan tugas itu dilaksanakan dengan sepenuh hati dan tanggung jawab akan mampu memberikan perubahan berarti bagi anak dan umumnya bangsa.
25 November diperingati sebagai “Hari Guru” secara internasional, termasuk di Indonesia. Momentum peringatan ini sebaiknya juga digunakan untuk melakukan introspeksi. Ini merupakan momentum bagi guru, pahlawan tanpa tanda jasa untuk melakukan introspeksi diri tentang peran guru dalam mencerdaskan bangsa.
Guru adalah satu-satunya profesi yang menentukan dalam mengubah nasib bangsa. Hal ini karena guru bertugas mendidik dan mengajar anak-anak bangsa, mengubah perilaku, membentuk karakter. Sebuah tugas yang sangat fundamental. Kalau bangsa Indonesia ingin melakukan perbaikan keadaan bangsa Indonesia di masa datang, harapan itu tertumpang kepada guru, dunia pendidikan.
Guru yang profesional lah yang bisa mencerdaskan bangsa untuk mengubah nasib bangsa ini. Menurut undang-undang guru dan dosen terdapat beberapa persyaratan seorang guru profesional, baik kualifikasi, ataupun kompetensi. Seorang guru profesional harus berkualifikasi pendidikan minimal sarjana (S1). Sedangkan dari segi kompetensi, guru profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi sosial, (3) kompetensi pribadi, dan (4) kompetensi profesi. Setiap kompetensi itu juga sudah jelas indikatornya.
Menjadikan guru profesional adalah tanggung jawab pemerintah secara kelembagaan dan tanggung jawab guru yang bersangkutan secara pribadi. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk itu. Melalui penambahan anggaran pendidikan, pelatihan bagi guru, penataan kurikulum. Termasuk, pencanangan pendidikan karakter secara nasional. Namun, upaya pemerintah itu tidak akan pernah cukup. Guru secara personal perlu menambahi upaya pemerintah tersebut.
Guru akan mampu untuk mencerdaskan bangsa, memajukan pembangunan bangsa ini adalah guru yang profesional yang mampu melaksanakan peran tugasnya. Usaha untuk mencerdaskan bangsa ini tidak akan berhasil kalau guru tidak memiliki keikhlasan dan idealisme dalam mengabdi, mereka juga tidak akan mampu memperbaiki nasib bangsa. Guru yang bisa mencerdaskan bangsa, mengubah bangsa ini adalah guru yang profesional, ikhlas dan idealis dalam mengabdi atau menjalankan perannya.
Dan untuk itulah ,bagi saya pribadi ,kedepannya saya mungkin akan lebih banyak mempengaruhi kepada Adik Adik saya ,dan puluhan Rekan rekan yang akan memasuki dunia perguruan tinggi ,agar melirik Jurusan ini.Dan perlu Diingat untuk menjadi seorang Guru,bukan hanya harus mengambil jurusan FKIP mungkin,mungkin kawan bisa mengatur Strategi untuk menjadi Dosen,dan atau sebagainya Menjadi Guru adalah hal yang paling penting diduduki oleh lulusan Terbaik dari almamaternya,dan menjadi guru adalah hal yang paling Gaul pokoknya serta menjadi guru itu adalah sebuah amal ibadah,jangan cuma berpikiran jurusan itu yang buat "keren keren "an saja,mari berpikir lebih luas Dan substantif.
Terima kasih Buat guru ku, semoga pemerintah Indonesia semakin sadar akan pentingnya peranmu,sehingga pemerintah tetap memerhatikan kesejahteraanmu,salam bahagia dunia dan akhirat,jasamu, tidak ada satupun yang bisa membalasnya.


Jumat, 24 Februari 2012

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

           Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yan gmenggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya.

Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini sekitar 10 – 15% anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah satu atau lebih tanda-tanda berikut:
•    Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
•    Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
•    Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
•    Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
•    Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh sebab itu tidak mengherankan pula bahwa semakin banyak orang tua yang merasa perlu cepat-cepat memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini. Mereka sangat berharap agar anak-anak mereka "cepat menjadi pandai." Sementara itu banyak orang tua yang menjadi panik dan was-was jika melihat adanya gejala-gejala atau perilaku-perilaku anaknya yang berbeda dari anak seusianya. Misalnya saja ada anak berumur tiga tahun sudah dapat membaca lancar seperti layaknya anak usia tujuh tahun; atau ada anak yang baru berumur lima tahun tetapi cara berpikirnya seperti orang dewasa, dan lain-lain. Dapat terjadi bahwa gejala-gejala dan "perilaku aneh" dari anak itu merupakan tanda bahwa anak memiliki kemampuan istimewa. Maka dari itu kiranya perlu para guru dan orang tua bisa mendeteksi sejak dini tanda-tanda adanya kemampuan istimewa pada anak agar anak-anak yang memiliki bakat dan kemampuan isitimewa seperti itu dapat diberi pelayanan pendidikan yang memadai.



Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Sebagai contoh ada anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.

Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalamai kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.

Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yan gtidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh ebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.


Senin, 20 Februari 2012

Baterai Berbahan Bakar Udara


Sekarang disain penyimpanan energi berbahan bakar udara baru dengan kapasitas penyimpanan energi sepuluh kali lebih lama sudah tersedia.
Arah baru di bidang ini dapat membuka jalan untuk generasi baru mobil listrik, ponsel dan laptop.
Penelitian yang dibiayai oleh Dewan Riset Teknik dan Ilmu Fisika (EPSRC) ini dipimpin oleh peneliti dari Universitas St. Andrews bekerja sama dengan Strathclydedan Newcastle.
Desain baru ini berpotensi meningkatkan kinerja produk elektronik portabel dan memberikan dorongan bagi industri energi yang dapat diperbarui. Baterai ini akan memungkinkan output listrik dari sumber-sumber seperti angin atau surya, yang akan berhenti menghasilkan energi ketika cuaca berganti atau saat malam hari tiba.
Kapasitas ini adalah berkat penambahan bagian yang memakai oksigen yang diserap dari udara ketika proses discharge, menggantikan satu kimiawi yang dipakai pada sistem baterai saat ini. Dengan tidak perlu membawa kimia dalam baterai akan memberikan peningkatan energi pada baterai dengan ukuran yang sama. Sejak dahulu produsen mobil listrik berusaha untuk mengurangi ukuran dan berat baterai dengan kapasitas isi yang diperlukan.
Sel STAIR (St. Andrews Air) seharusnya lebih murah daripada baterai rechargeable saat ini. Komponen baru tersebut terbuat dari karbon berpori, yang jauh lebih murah daripada lithium oksida kobalt pada baterai biasa.
Proyek penelitian empat tahun ini, yang telah mencapai separuh jalan pada Juli nanti menghasilkan penemuan di universitas bahwa interaksi komponen karbon dengan udara bisa berulang, menciptakan sikluscharge dan discharge. Hasil ini telah melipat-tigakan kapasitas penyimpanan pada sel STAIR.
Kepada proyek, Profesor Peter Bruce dari Departemen Ilmu Kimia di Universitas St Andrews mengatakan, "Sasaran kami adalah meningkatkan kapasitas penyimpanan lima hingga sepuluh kali lipat, yang mana melampaui batasan kemampuan baterai saat ini. Hasil kami sejauh ini sangat baik dan sudah jauh melampaui harapan kami."
"Kuncinya adalah menggunakan oksigen di udara sebagai perantara, daripada membawa bahan kimia yang diperlukan masuk ke dalam baterai," kata Bruce.
Oksigen yang ditarik dari permukaan baterai yang terekspos dengan udara, bereaksi di dalam pori karbon untuk membuang sisa baterai. "proses ini bukan hanya gratis, tapi komponen karbon juga jauh lebih murah daripada teknologi saat ini," kata Bruce. Dia memperkirakan sel STAIR akan tersedia di pasaran setidaknya lima tahun lagi.
Proyek ini difokuskan untuk memahami lebih mendalam tentang bagaimana reaksi kimia pada beterai bekerja dan menyelidiki cara untuk meningkatkannya. Tim penelitian juga berusaha untuk menghasilkan sel protipe STAIR yang cocok untuk aplikasi kecil, seperti ponsel atau MP3 player.